JAKARTA, KOMPAS.com - Internasionalisasi pendidikan
tinggi belum dimanfaatkan secara optimal oleh Indonesia. Indonesia yang
memiliki lebih dari 3.000 perguruan tinggi negeri dan swasta hanya bisa
menyerap sekitar 7.000 mahasiswa asing untuk kuliah di Indonesia.
”Bandingkan
dengan Selandia Baru yang hanya memiliki delapan perguruan tinggi
negeri, tetapi bisa menyerap sekitar 25.000 mahasiswa asing,” kata
Antonius Agus Sriyono, Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa,
dan Tonga, dalam Pertemuan Nasional Kantor Urusan Internasional
Perguruan Tinggi di Indonesia di Jakarta, Kamis (6/12). Pertemuan dengan
tema ”Internasionalisasi Perguruan Tinggi untuk Mendukung Diplomasi
Pendidikan Indonesia” ini diikuti sekitar 90 perguruan tinggi negeri dan
swasta serta dilaksanakan Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Agus menjelaskan, Selandia
Baru menjadi daya tarik mahasiswa asing dari banyak negara karena
dinilai memiliki sistem politik yang stabil. Selain itu, kehidupan
masyarakat teratur, sistem pendidikan berkualitas, program pendidikannya
murah, dan masyarakat multikultural.
Saling memahami
Azis
Nurwahyudi, Kepala Sub-Direktorat Sosial Budaya Direktorat Diplomasi
Publik, Kementerian Luar Negeri, mengatakan, pengembangan
internasionalisasi pendidikan tinggi Indonesia merupakan strategi
diplomasi budaya. Kemlu menyediakan berbagai beasiswa bagi mahasiswa
asing dan Indonesia untuk bisa saling belajar dan saling memahami
kebudayaan masing-masing.
Phillips King dari Australian
Consortium for In-Country Indonesian Studies mengatakan, perguruan
tinggi Indonesia perlu jeli menangkap peluang mahasiswa Australia agar
kuliah di Indonesia. Sekitar 21.000 mahasiswa Australia setiap tahun
kuliah di sejumlah perguruan tinggi dunia. ”Jika ingin menarik minat
mahasiswa asing, perguruan tinggi harus berani membuka kelas berbahasa
Inggris,” kata King.
Djoko Santoso, Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi, Kemdikbud, mengatakan, usaha menjaring mahasiswa asing harus
disertai dengan peningkatan kualitas perguruan tinggi. Saat ini
publikasi ilmiah dari Indonesia kalah jauh dibanding Singapura,
Malaysia, dan Thailand. (ELN)
Perguruan Tinggi Kita
00.08 |
Label:
e-XPERT News
Kompas Cetak
Editor :
Caroline Damanik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar